Senin, 18 Juni 2012

Pertanyaan

2 komentar

Siapa bilang masa anak-anak itu masa lalu yang mudah dilupakan? No.. setiap memori masa kecilku aku ingat betul, bahkan aku ingat mainan kesukaanku waktu aku belum bisa jalan, aku sangat suka mobil-mobilan berlampu kelap kelip dengan penumpang berambut awut-awutan warna-warni, yang kalo disetel mobil itu akan jalan nggak karuan arahnya, belok Cuma kalo nabrak hehe.. aku juga ingat salah satu benda kesayanganku adalah tempat minum berbentuk gajah, oiya aku juga suka beli minuman sitrun yang dikemas dalam botol-botol plastik berbentuk orang-orangan warna-warni J

Tapi, lebih dari itu, aku sedang mengingat-ingat pertanyan-pertanyaan polos yang pernah kuajukan pada emakku:

Kekasih gelap
Gara-gara denger lagunya SO7 aku jadi tanya ke Emakku, “mah, kekasih gelap maksudnya gimana?” saat itu mungkin masih SD, aku sudah tahu maksudnya kekasih tapi kalo digabung dengan kata gelap, wes gak mudeng aku.. hehe.. dan aku lupa beliau menjawab apa, mungkin diam saja, buktinya aku lupa.

Jaya!
Banyak orang-orang di desaku yang memberi nama tokonya “TOKO JAYA” dan aku benar-benar tidak tahu arti kata Jaya, akupun menanyakannya pada emakku, kata emakku jaya itu artinya sukses atau menang.. J

Huruf n dan g
Hahaa.. yang ini sampai sekarang pun aku masih memepertanyakan. Saat itu ibuku sedang di kamar mandi (aku bahkan ingat settingnya J) dan aku baru belajar menulis, kutanya gimana cara menulis ‘ENG’ ibuku menjawab dari dalam kamar mandi “ya tinggal dijejerkan huruf en dan ge, kalo bikin ‘eny’ juga gitu huruf en dijejerin sama huruf ye”. Aku pun mengikuti jawaban itu tapi dalam hati kecilku aku protes benar, kenapa bisa huruf en dan ge dijejerkan berubah jadi eng, apa korelasinya.. sampai saat ini pun aku masih protes, kenapa nggak ada huruf eng, malah yang ada huruf eks (x) yang menurutku tidak terlalu penting, kan bisa tuh disandingkan huruf ka dan es, itu jelas akan menjadi eks.

Ah.. emakku, sampai aku dewasa pun kalo ada pertanyaan tentang hidup ini aku selalu menanyakanya pada beliau, walaupun seringkali beliau tidak bisa menjawab tapi beliau selalu berusaha menjawab seperti “nanti yah ditanyakan ke ustadzah dulu” atau beliau diam lalu cari referensi, pokoknya gimana caranya biar aku mendapatkan jawaban.

Tak bisa kubayangkan pertanyaan-pertanyaan apa yang nanti akan muncul dari mulut mungil anakku nanti, aku harus siap dengan jawaban paling imajinatif kalo sampai aku sendiri bingung bagaimana harus menjawabnya.. hehe..

Minggu, 17 Juni 2012

laki-laki vs perempuan I

2 komentar
Waktu-waktu seperti ini, banyak sekali hal yang terjadi
selain perubahan fisik tentunya, seperti yang banyak di jelaskan di jurnal ilmiah atau buku-buku kehamilan.
Kuceritakan, teman, ini hanya pengalamanku yang sangat mungkin berbeda dengan ibu hamil yang lain.
Sejak hamil entah kenapa aku jadi sangat sensitif. Betul, seperti seorang yang sedang kasmaran dengan kekasih nun jauh di sana. Sensi.. salah sedikit omongan orang bisa sangat menyakiti, atau bisa juga hal kecil bisa dengan mudah membuatku bahagia.
Ketika sedang memikirkan suatu hal kecil tiba-tiba pikiranku merajut skenario sendiri, kadang aku jadi peran antagonis, atau menjadi si protagonis yang menderita. Atau kalau sedang senang si otak kan mengaturku muncul dalam akhir yang bahagia, yang semuanya itu sebenarnya tidak ada.
Meski hanya bayangan belaka tapi bisa memutar mood seketika, kadang tiba-tiba mewek, atau tiba-tiba gembira sendiri. Benar kata mba inun, dia pesan, nanti kalau ketika kamu hamil tiba-tiba muncul pikiran yang aneh-aneh bilang ya..
contohnya ketika waktu itu aku bertemu dengan seseorang, masih tergolong saudara, beliau tiba-tiba menanggapi kehamilanku
"emmm dari bentuk perutnya si kayaknya perempuan"
*masih senyum dengan gembira kujawab "hehe.. InsyaAlloh, laki-laki atau perempuan sama saja"
"tapi gak apa-apa yah.. moga-moga si cowo, masi mending lah daripada si mba itu belum bisa punya anak"
*tiba-tiba sesek*
telaah baik-baik jawaban itu,
seperti ada tingkatan bahwa punya anak cowo itu lebih baik daripada punya anak cewe dan punya anak cewe lebih baik daripada tidak punya anak.
entah kenapa dialog bersama bapak itu terasa sangat mengganggu pikiran, jika benar aku mengandung anak perempuan rasanya aku kurang beruntung dibandingkan dengan wanita lain yang mengandung anak laki-laki.
oh sampai saat ini aku belum bertanya pada obginku apakah si dede perempuan atau laki-laki, biar, aku malas menjawab pertanyaan orang tentang itu.

Kamis, 14 Juni 2012

Bahasa

5 komentar


Akan menjadi ibu seperti apa aku ini..

Bahkan belum kutentukan secara pasti sampai saat ini, bagaimana harus kudidik anakku nanti. Terlalu banyak orang-orang yang mengaku ahli mengutarakan hasil penelitiannya tentang kecerdasan seorang anak dan bagaimana menjadikan anak menjadi seperti ini atau seperti itu. Tapi dalam hati kecilku ada perasaan ragu dengan para ahli itu.

Bahasa menjadi salah satu bahan diskusiku dengan beberapa orang.

Benarkah bila kuajarkan anakku bahasa Inggris sejak dini? Akhir-akhir ini sedang menjadi tren terutama di kota-kota besar anak-anak kecil sudah fasih berbahasa Inggris. Namun sebagai Ibu, aku tidak terlalu terobsesi untuk menjadikan anakku seperti itu. Ada banyak alasan.

Bahwa dalam bahasa ada dunia, siapa yang bisa menguasai bahasa akan bisa menguasai segalanya. Betul! Tapi bukan dengan mengajarkanya terlalu dini, itu hanya pendapatku yang sangat pribadi, dan mungkin belum terbukti kebenaranya, tapi kuyakini. Dalam bahasa Inggris tak ada emosi yang tersimpan di dalamnya, tidak ada nilai budaya luhur dalam setiap katanya, akan berbeda dengan bahasa Indonesia atau bahasa jawa. Dalam kata mati, meninggal, wafat, tewas, atau gugur ada nilai emosi berbeda yang terkandung di dalamnya. Tidak demikian dengan bahasa Inggris, hanya memiliki die, atau yang agak halus mungkin pass away, semuanya die, anjing die, korban bencana die, pahlawan die. Jangan dibandingkan dengan bahasa jawa yang mengutamakan kesantunan, mati, mangkat, seda, pejah, sirno margo layu setiap kata memiliki penggunaan yang sangat berbeda berdasarkan penghormatan terhadap subyeknya.

Kucamkan baik-baik kata Noe Letto, “karena semestinya kata-kata cerminkan jiwa..”

Betul sekali! Apalagi untuk seorang anak yang masih sangat bersih jiwanya, seperti kain putih yang akan dicelup dalam warna-warna. Penggalian jiwa adalah sebuah proses dari kecil hingga tua nanti, tapi peletakkan dasar kekuatan jiwa ada pada pendidikan ketika dia masih anak-anak. Jangan heran kalau akhir-akhir ini banyak anak-anak bunuh diri. Sangat miris, sebegitu rapuhkah jiwa mereka hingga muncul ide untuk mengahiri hidup. Entah apa yang ada di benak anak-anak itu.

Beberapa waktu yang lalu aku melintasi sebuah pagar yang disana tergantung sebuah papan bertuliskan “Anjing dan Babi boleh buang sampah di sini”. Kalimat itu memiliki maksud yang sama dengan “Dilarang membuang sampah di sini” tapi coba rasakan emosi yang tersimpan dalam dua kalimat itu. Sungguh sangat berbeda bukan? Tercermin betul bagaimana jiwa si penulis.

Aku tak ingin anakku menjadi robot yang mungkin pintar, tapi tak berhati. Anakku boleh menjadi apa saja, tapi dia harus ingat bahwa Ia manusia yang memiliki ruh. Bahwa ilmu bukan hanya selembar kertas ijasah. Bahwa cerdas bukan berarti ranking satu atau mendapat nilai seratus terus terusan. Salah satunya dia harus mengerti bagaimana menghormati orang lain, bahkan dari tutur katanya.

Iya dia harus belajar bahasa, bukan hanya bahasa Inggris, bahkan Prancis, Belanda, Cina, Arab, Jerman, Jepang, dan negara-negara lain untuk mendapat ilmu sebanyak-banyaknya tapi dia harus memiliki pijakan yang kuat. Bahasanya Sendiri. Jati dirinya yang kemanapun dia melalang buana dia harus tetap menjadi dirinya. Dia harus sadar dari mana dia berasal, dia harus tau kemana dia mengakar.


(pict taken from here )

 

my little history Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template