Senin, 21 Oktober 2013

Sisifus

0 komentar
Membaca tulisan dua orang teman saya yang keren-keren, Meina Febriani di sini dan Gita Wiryawan di sini Saya jadi banyak cari tau tentang Si Sisifus ini. dan.. Baaaaah..... ini keren banget. Merinding.. Betapa dalam pemikiran penulisnya sampai bisa menuliskan kisah Sisifus.
Setelah dibahas oleh dua teman saya tadi, dan dikaitkan dengan peristiwa 4 tahun perjalanan cinta seseorang, saya tidak akan membahasnya lagi.
Tapi kedua tulisan itu menggantungkan banyak pertanyaan bagi saya
Benarkah Sisifus itu gagal?
lalu apa sebenarnya kegagalan itu?
bila gagal lawanya adalah sukses, benarkah bila Sisifus berhasil meletakan batu di atas bukit maka dia telah sukses?
apakah itu pencapaian Sisifus? Benarkah itu keinginanya? sekedar meletakan batu di atas bukit?

Bukankah dia tau bahwa yang Ia lakukan, yaitu membawa batu lalu jatuh lagi adalah sebuah hukuman?
Bila Sang Penghukum lalu mengizinkan batu itu ada di atas bukit, apalagi keinginan Sisifus?

Lalu saya bercermin sendiri.
Benarkah pencapaian yang saya inginkan bisa membawa saya untuk merasa sukses?


Mengapa saya tidak memotret?

2 komentar
Dulunya saya orang yang sangat narsis. Suka sekali memotret diri sendiri. Apalagi kalau ada momen-momen tertentu, rasanya semua orang di dunia harus tau. Tapi sekarang saya sudah tidak suka lagi memotret. Ke mana pun saya pergi, benda sebagus apapun yang saya temui tidak membangkitkan keinginan saya untuk memotret.
Betul sekali bahwa foto menceritakan banyak hal, tapi justru itu saya tidak suka lagi memotret (kalaupun di blog ini banyak foto itu semata-mata demi menunjang penjelasan tulisan saja).
Ketika saya berlibur saya lebih konsentrasi untuk menikmatinya. Mengambil cerita di dalamnya. Berdiskusi dengan suami tentang apa saja yang kami temui. Fokus "membawa" anak saya untuk ikut menikmati setiap momen yang kami lewati. Biarlah momen berlibur atau traveling atau apapun itu untuk kami saja. Biarlah momen itu terjadi sekali saja. Dalam di hati. Tak perlu dibuka-buka lagi. Bahwa setiap peristiwa ada kenangan di dalamnya, cukup cinta dan kasih sayang kami yang menyatukan memori. Bukan hasil print dari tinta atau file foto facebook yang bertumpuk.

Selasa, 30 Juli 2013

Review Kurir ASI

0 komentar
Sekarang sudah banyak penyedia jasa pengantaran ASI. Tentu saja ini dikarenakan banyaknya kebutuhan pengantaran ASI terutama di kota besar seperti di Jakarta, di mana para Ibu bekerja yang masih menyusui anaknya harus memeberikan ASI walaupun sedang tidak ada di rumah. 
Seperti yang saya ceritakan di sebelumnya, saya pun pernah menggunakan jasa pengantaran ASI ketika saya sedang Diklat pra Jabatan. Saya memakai Kurir Asi dari Ane Express.

Untuk pemakaian jasa kurir ASI saya pesan sekitar seminggu sebelumnya, saya telepon mereka dan memesan tanggal berapa saja ASI harus dijemput. Saya jelaskan pukul berapa mereka harus ada di tempat saya dan di mana letak lokasinya, dan ke mana mereka harus mengantar. Saya juga menjelaskan berapa botol yang harus dibawa karena ada perbedaan harga setiap 10 botol yang dibawa, ini juga supaya mereka mempersiapkan seberapa besar box ASI yang harus mereka bawa. 

Saat memesan mereka memberikan respon yang cepat, dan tidak ribet. Kurir ASI ini sudah membawa thermo box dan blue ice sehingga saya tidak perlu menyiapkan cooler bag atau blue ice. Pada saat penjemputan mereka juga datang tepat waktu. Saya memesan pukul 12 siang sudah ada di tempat saya dan bila saya belum selesai acara mohon ditunggu sebentar. Benar saja, pukul 12 siang mereka sudah ada di tempat pengambilang ASI.  Pengantaran ke rumah pun cepat sehingga ASI tetap beku. Waktu itu saya mengirim ASI dari Lebak Bulus ke Pondok Aren, karena Pondok Aren sudah masuk daerah Tangerang Selatan jadi dikenakan biaya 45rb. 
Saya sangat puas dengan layanan mereka, bila ingin menggunakan jasa mereka bisa dilihat langsung saja di web Kurir Asi.

Senin, 29 Juli 2013

Menyusui di Saat Diklat

2 komentar
Saya seorang CPNS, tentu saja untuk bisa menjadi PNS harus mengikuti diklat pra jabatan. Berat sekali bagi saya. Diklat itu harus dilalui dengan meninggalkan anak saya selama 3 minggu. Selama itu saya harus menginap di asrama dan diberi izin pesiar pulang ke rumah hanya hari minggu itupun dari jam sepuluh pagi dan harus sudah kembali jam enam sore.
Sara masih delapan bulan, masih ASI, walaupun sekarang sudah makan MPASI. Selama ini sara minum empat botol ASI ukuran 100ml ketika siang hari, dan saat malam hari dia minum sesukanya karena langsung pada ibunya, termasuk beberapa kali bangun di malam hari untuk minum ASI. Saya kurang yakin bisa memenuhi kebutuhan Sara sebanyak itu, jadi saya kurangi jatah ASI nya, dalam satu malam Sara hanya minum700ml.. huhhuuu.. sedih.. karena itulah porsi MPASInya saya tambah, dia makan satu porsi lebih banyak.
Untuk keperluan pumping saya membawa botol kaca penyimpan asi, pompa ASI medela mini elektrik, tissue khusus botol bayi (saya menggunakan merk cloud), tissue biasa, sapu tangan, blue ice. Hari pertama saya izin kepada panitia untuk memerah ASI, saya juga izin untuk meminta menggunakan jam pelajaran untuk memerah ASI, kata panitia itu terserah dosen yang mengajar, kalau beliau mengizinkan ya tidak ada masalah. Rupanya panitia menyampaikan hal tersebut kepada para dosen. Keesokan harinya ketika saya minta izin untuk mengambil jam pelajaran untuk memerah ASI para dosen itu sudah tahu, dan tentu saja mengizinkan, mereka memberikan waktu sekitar 15 menit.
Jangan samakan diklat prajabatan di kementrian saya dengan diklat prajabatan di kementrian lain. Diklat pra jabatan di kementrian lain mungkin hanya sekedar formalitas belaka. Asal absen bisa lulus. Di kementerian saya, diklat prajabatan dilakukan sangat ketat, nilai ujian harus di ats 7.00 dan harus disiplin, meleset beberapa poin skor saja bisa tidak lulus. Ini bukan omong kosong, saya mengikuti diklat gelombang ke 5, sementara gelombang sebelumnya sudah ada pengumuman kelulusanya. Banyak yang tidak lulus! mereka mengulang tahun berikutnya dan belum bisa diangkat menjadi PNS, bila tahun berikutnya tidak lulus juga maka tidak akan bisa menjadi PNS. 
Dengan ketatnya berbagai peraturan dan jadwal diklat saya harus pintar pintar mengatur waktu memompa. Ada waktu sedikit saja walopun cuma 10 menit akan saya sempatkan untuk pumping.  Kalaupun waktunya terlalu mepet saya pakai untuk mencuci botol. Waktu coffe break  juga saya pakai untuk pumping, jadi selama diklat saya cuma makan besar 3 kali saja, tidak perlu makan snack.. efisiensi waktu.. hehhe.. Tengah malam juga saya pumping. Kalau dosen datang terlambat saya tinggal juga untuk pumping. Teman-teman saya sangat menndukung saya, jadi kalau saya dicariin dosen karena menghilang mereka yang memintakan izin, Yosnia sedang 'Ritual' pak.. begitu istilah yang mereka pakai.. hhehee.. Waktu belajar mandiri di kamar? ya baca buku sambil pumping juga.. pokoknya kapanpun bisa pumping lakukan saja.. walaupun hasilnya sedikit, tampung saja, lama-lama juga terkumpul banyak.
Untuk pengiriman ASI saya pesan kurir ASI untuk 3 minggu, 2 hari sekali kurir itu bolak balik dari lebak bulus ke bintaro. Kenapa bolak balik? ya untuk menukar botol kaca.
Sebenarnya menggunakan botol kaca kurang efisien dalam keadaan seperti itu karena tidak mungkin membawa botol terlalu banyak. Bisa saja menggunakan plastik ASI seperti merk Nature,  tapi saya memilih memakai botol kaca karena tetap saja botol kaca lebih bagus untuk menyimpan ASI di dalam freezer.
Selama diklat produksi ASI dan kebutuhan Sara kurang seimbang, ASI yang saya kirim tetap tidak bisa mengejar kebutuhan ASI Sara. Untung selama ini saya sudah menyimpan stok ASI di lemari es. Selama 3 minggu ditinggal sekitar 40 botol persediaan ASI Sara ludes..
Untuk buebu yang akan diklat juga, jangan menyerah yaa Buuund.. tetap semangat! bisa! yakin bisa! tidak ada alasan untuk tidak bisaaaaa! :)

Mulailah dari diri sendiri

0 komentar
Waktu kecil aku bermimpi mengubah dunia menjadi lebih baik, namun ternyata tak bisa..
Beranjak remaja aku ingin mengubah negaraku agar menjadi lebih baik, namun ternyata tak bisa..
Ketika tua aku ingin mengubah keluargaku supaya lebih baik, ternyata tak bisa juga..
Tiba saatnya ajalku hampir tiba, baru kusadari.. yang seharusnya kulakukan adalah mengubah diriku sendiri..

Sering sekali yah kita membaca catatan di atas?
tapi baru kali ini kualami betul.

Lagi-lagi tentang breastfeeding..
Banyak sekali cerita yang terukir dari pengalaman ini.
Aku berasal dari kecamatan kecil di Jawa Tengah, Ajibarang. Semua keluargaku ada di sana. Jangan samakan desa kecil seperti itu dengan Jakarta, di Jakarta komunitas Ibu menyusui begitu solid. Pendidikan tentang ASI sudah sangat luas. Para Ibu di kota Jakarta sangat bangga jika bisa memberikan ASI, dan para ibu ini saling mendukung. Berbeda dengan Ajibarang, di sana orang-orang sudah terdoktrin oleh iklan susu formula, mereka menganggap susu formula lebih baik dari ASI, dan ini didukung oleh para bidan di sana. Ketika bayi lahir para bidan memberikan susu formula. Bukan karena Bidan itu tidak tahu, tapi karena ada komisi dari produsen susu formula. Sedih sekali.. Ketika aku memberikan ASI hampir semua keluargaku termasuk orangtuaku sendiri menganggapku aneh. Terus-terusan mereka mengajakku untuk memberi susu formula untuk si Bayi. tapi aku sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari sebelum anakku lahir. Aku anggap santai aja. Dengan santainya aku bilang nggak usah deh.. biarin nggak apa-apa.. aku mah ASI aja.
Sampai sekarang anakku berusia 10 bulan aku masih memberikan ASI, kadang keluarga di desa masih meragukan karena melihat Aksara tidak terlalu gemuk, mereka masih menyuruh memberikan susu formula, katanya biar gemuk. Sekarng kutanya, lebih memilih gemuk tapi penyakitan atau standar aja tapi sehat? begitu jawabku.
Aku nggak akan berani ngomong sesuatu yang belum terjadi. Ini sudah terbukti, anakku usia 10 bulan sama sekali tidak pernah sakit yang berati, hanya batuk pilek ringan, itu pun hanya sampai dua atau tiga hari, tanpa diberi obat sembuh sendiri.
Akhirnya keluargaku mulai menyadari itu. Mereka melihat pertumbuhan Aksara yang bagus sekali. Tidak pernah lagi mereka menampik manfaat ASI.
Sekarang mulai banyak sodaraku di sana yang memberikan ASI untuk anaknya.
Senang sekali rasanya. Tak hentinya aku cerewet menyemangati sepupu-sepupuku yang menjadi ibu baru dan mau memberikan ASI. Sekarang, orang tuaku, bude-budeku mulai bicara tentang ASI. Mulai menyemangati anak-anak mereka untuk memberikan ASI.
Aku sama sekali tak berbuat apa-apa untuk orang lain. Aku hanya berusaha berbuat sebaik mungkin bagi diriku sendiri. Jika itu bisa mematik api perubahan, Alhamdulillah.. semua kebaikan karena Alloh.

Minggu, 19 Mei 2013

Malu

1 komentar
Siang ini aku bertemu para kuli bangunan. Bajunya lusuh kebesaran. Penuh debu. Aku yakin itu bukan baju yang dibelinya sendiri. Besar kemungkinan itu baju bonus dari cat tembok atau malah baju yang dibagikan saat musim kampanye. Baju itu tak kalah kumal dengan kulit pemakainya. Bau keringat yang menguap panasnya siang ini tercium. Biasanya aku sebal bertemu orang-orang ini. Tapi tidak kali ini. Entah kenapa aku malu. Bajuku kok bagus sekali. Baju ini juga bukan baju yang kubeli sendiri. Ini baju yang dibagikan dari kantor. Diambil dari APBN. Bajuku dibuat dari kain terbaik. Meski warnanya gelap tapi tidak panas sama sekali. Sangat gaya modelnya. Gagah bila dipakai. Penuh dengan hiasan pangkat. Tapi kok membuatku malu..

Rabu, 24 April 2013

After birth - ASIP di Kantor

3 komentar
Akan kuceritakan apa saja yang terjadi padaku setelah aku melahirkan. Kali ini tentang manajemen ASIP saat aku kerja.
Sebelum punya anak tentu saja aku sama seperti pekerja kantoran yang lain, melakukan rutinitas kantor seperti biasa, brangkat jam 05.45 dari rumah dan jam 19.00 sampai di rumah. Itu saja setiap senin sampai jumat. Tapi tidak begitu ketika aku sudah punya anak.

Begini Rutinitasku :

05.00 - 05.30    Perah Asi, Menyiapkan Pompa ASI dan botol-botol untuk dibawa ke kantor
05.45                 Berangkat Kantor
07.15                 Sampai di Kantor, Memasukkan Blue Ice Gel ke freezer, Siapkan Pompa di ruang pompa
07.30                 Sarapan
08.00                 Kerja
08.30 - 09.30    Perah ASI 
09.30 - 11.30    Kerja
11.30 - 12.30    Perah ASI
12.30 - 13.00    ISOMA
13.00 - 15.00    Kerja
15.00 - 15.30    Solat
15.30 - 16.30    Perah ASI
16.30 - 17.00    Kerja
19.00                 Sampai di Rumah, main sama baby Sara, nenenin sampe dia bobo
22.00-22.00      Perah ASI

Dengan Jadwal seperti itu aku bisa menabung persediaan ASI kira-kira segini


Jika dibandingkan dengan mama pejuang ASI yang lain mungkin not too much, tapi Alhamdulillah baby Sara berhasil S1 ASI (ASI Eksklusif 6 bulan) dan sampai sekarang usianya 6 bulan 3 minggu masih full ASI and No Sufor, semoga bisa hingga 2 tahun nanti full ASI yaaa..  (InsyaAlloh ya buebuu :))

Apa saja yang harus disiapkan untuk kegiatan pumping ASI di kantor? ini dia:

Aku pakai 2 breastpump Medela Harmony 


kenapa harus dua? karena aku butuh cepat, dengan banyaknya pekerjaan nggak mungkin aku bolak balik bolak balik nyuci pompa dan botol, jadi kubawa 2 pompa asi, yang harmony cuma kumanfaatkan bagian corong, botol, dan membranya. Pagi aku pakai pompa elektrik lengkap, siang aku tinggal nyuci lehernya saja, terus sambung pakai corong, membran, dan botol harmony, lalu sorenya baru deh cuci semua, trus siram pake aer panas.

Selama di kantor biasanya aku bisa dapat asi sekitar 500 ml, yang terbagi dalam 4 botol, dua botol medela dan dua botol baby pax. Aku pakai tambahan botol baby pax biar bisa dipasangkan dengan pompa ASI medela. Dengan membawa 4 botol aku nggak perlu lagi nyuci botol hehe.. (teteup intinya karena males nyuci).



Untuk membawa ASI aku pakai cooler bag Reebok, yang kebetulan sedang diskon di Sport station hehe.. lumayan muree daripada merk laen, apalagi dibandingkan cooler bag medela yang mihil itu. Cooler bag Reebok ini cukup 75 rebu saja... yeayy!!


Puas banget pake cooler bag ini. Bagian insulated nya tebal, lebih tebal daripada tas-tas yang dijual di ace hardware. Selama 2,5 jam perjalanan kantor ke rumah ASIP tetap dingin, bahkan ketika aku masukkan ASIP yang masih hangat begitu sampai rumah berubah jadi sedingin es. Ya tentu saja dengan bantuan blue ice. Blue Ice punyaku kubeli di Ace hardware, harganya kalo nggak salah 25 rebu. Aku pakai 2 blue ice biar tahan lama.





Di kantorku nggak ada ruang pumping, aku pakai saja mushola wanita. Padahal musholaku bentuknya satu ruangan yang dibelah dua pakai gorden untuk laki-laki dan perempuan. Jadi kalau aku lagi mompa kedengeran tuh suara mesinya sampe ke mushola laki-laki.. huhuuu.. :'( biarin deh, cuek, ya gimana lagi.

Meski banyak tantanganya semua harus dinikmati, betul kan mama mamaaaah?
Banyak mamah di kantor yang bahkan rumahnya di dekat kantor nggak sanggup untuk ASI eksklusif, dan terpaksa harus nyambung Sufor dengan alasan banyak kerjaan. Menurutku itu tergantung prioritas, mana yang menjadi prioritas utama, pekerjaan atau anak. Bagiku kerja itu selingan memerah ASI, Bukan sebaliknya.. hehe.. Soal kebaikan ASI sudah nggak perlu diperdebatkan, itu udah number wahid lah ga ada penggantinya jadi bagaimanapun caranya akan kuperjuangkan. 
Sebagai working mama sudah terlalu banyak waktu dan perhatian yang tak mampu kuberikan penuh, maka bagiku ASI adalah satu-satunya penyambung antara aku dan anakku. Akan kuperjuangkan bagaimamapun caranya.
No excuse walaupun banyak kerjaan, rapat, laporan, teteup jadwal ngASI harus konsisten.
Sempat karena terlalu lelah jadi aku tak sempat memerah di malam hari, hasilnya persediaanku berkurang banyak.. hiks..
Tapi wajar lah kalau setiap ibu mengalami masa naik turun persediaan ASI, yang penting tetap semangat ya Buebuuu!! :D
Bismillah!
Ingat bahwa ASI adalah titipan dari Alloh, amanah, kalau tidak diberikan pada anak ya namanya kita menghalang-halangi rizkyi si baby.. ya kaaaan?




Rabu, 30 Januari 2013

Melahirkan

1 komentar
Saat dimana kau tahu betapa lemahnya dirimu

Saat kau ingat bahwa dirimu bukanlah milikmu

Saat kau tahu bahwa tubuhmu hanyalah pinjaman

Saat di mana kau akan meratap betul, sungguh membutuhkanNya

Saat mencapai titik kepasrahan luar biasa

Saat kau akan sadar benar bahwa kematian itu ada

Saat kau bisa membayangkan bagaimana saat nyawamu ditarik

Saat di mana kau tak ingin mengingatnya kembali

Saat di mana doamu dikabulkan saat itu juga.

Gerakan Tanpa Televisi

1 komentar


Ini adalah cita-citaku sejak lama. Aku yang hobi sekali menonton televisi pernah membayangkan seperti apa aku kalau tak menonton televisi. Pada saat itu bagiku beberapa acara TV adalah penting, seperti berita, talkshow, liputan keajaiban di dunia dan berbagai hiburan yang ternyata saat kususun bisa menghabiskan waktuku seharian untuk selesai menonton semuanya. Aku renungkan lagi, benarkah informasi-informasi yang kuanggap penting itu benar-benar bermanfaat untuk hidupku?
Dimulai ketika lahirnya anakku, aku bertekad agar si baby tidak perlu menyerap hal-hal yang tidak penting dan cenderung berbahaya dari televisi, aku melakukan gerakan tanpa televisi. Di rumahku televisi sangat jarang dinyalakan. Kami menonton televisi hanya saat weekend, karena ada acara yang cukup menghibur, stand up comedy. Oh kadang-kadang juga kami sempatkan menonton acara Kick Andy. Sudah. Itu saja. Ini kuterapkan juga pada asisten rumah tangga dan pengasuh anakku. Tidak boleh menyetel televisi. Pantang! Pagi, siang, malam! Ini sudah berlangsung sekitar 3 bulan
Aku memperhatikan diriku. Aku perhatikan perubahan apa yang terjadi di rumah ini. Apakah aku jadi gaptek? Apakah aku jadi tidak tahu berita luar? Apakah aku jadi nggak nyambung kalau diajak bicara orang sekitar?
Sepulang kerja kusempatkan membaca koran. Aku yang tadinya sangat malas membaca koran jadi punya waktu santai untuk menikmati berbagai ulasan berita aktual saat ini. Aku hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk tahu apa yang terjadi saat ini secara lengkap lewat koran. Biar tidak sepi, kusetel saja CD musik, aku jadi sering membeli CD-CD, aku jadi senang membeli CD musik, ceramah, atau puisi. Setelah itu aku main dengan anakku, menimangnya, membacakanya cerita sampai menidurkannya.  Setelah itu baru aku makan dengan suamiku. Waktu makan kami gunakan untuk mengobrol, kadang kami membahas bacaan yang kami dapat dari internet, seperti dari Detik, twitter, atau hasil browsing sana sini, kami juga membicarakan apa yang kami alami di kantor tadi siang. Aku juga punya waktu untuk ngobrol dengan asisten atau dengan pengasuh anakku, membicarakan apa saja yang dilakukan anakku tadi siang. Setelah aku mandi aku memompa asi, dan masih sambil ngobrol dengan suamiku yang sering masih sibuk dengan pekerjaanya dari kantor. Aku punya banyak quality time untuk berdiskusi, saling memijat, atau saling memakaikan vitamin rambut (hahaa iya, kami senang melakukanya). Setelah itu kami beristirahat. Aku dan suami hanya punya sedikit waktu di rumah. Jadi waktu yang sangat sedikit itu harus kumanfaatkan betul untuk keluarga.
Bila masih ada TV pasti aku menonton berita di TV, Berita yang sama yang diulang-ulang di berbagai acara dalam saluran TV yang beraneka, dikuliti dalam berbagai sudut dari inti permasalahanya sampai sisi mistis dari setiap kejadian. Bila masih ada TV mungkin aku menyusui anakku sambil menonton TV, tanpa bernyanyi untuknya, tanpa bercerita, mungkin tanpa menoleh padanya karena kepalaku menghadap layar TV. Bila masih ada TV aku pasti menonton berbagai acara dengan suamiku, tertawa-tawa, membahas, dan berdiskusi apa yang saat itu kami tonton, sambil lupa apa yang telah terjadi hari itu, tanpa tahu apa yang masing-masing kami alami.
Di luar kadang memang aku nggak nyambung dengan obrolan, nggak ngerti dengan gosip-gosip artis saat ini. Nggak ngerti kalau sedang ngobrol tentang FTV, Haji sulam haji muhidin, skandal para pejabat, dan sebagainya. Tapi nggak apa-apa tuh.
Aku merasa nyaman seperti ini, TV sudah seperti candu, aku tidak serta merta stop TV begitu saja, aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menonton TV, tidak mudah bagiku yang tadinya sangat suka menonton TV. Tapi aku berusaha untuk menjadi lebih baik, salah satunya dengan gerakan tanpa TV.
 

my little history Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template