Senin, 21 Maret 2016

SENSI

2 komentar

Kayaknya orang paling sensitif yg pernah Saya temui di dunia adalah.. Aksara!!
gampang banget trenyuh, sedih, dan kebawa ati..

Aksara sudah sering Saya ajak nonton di bioskop. Tentu saja Saya memilih film untuk anak-anak. Hal yang paling Saya takutkan dari membawa Aksara ke bioskop adalah, takut dia sedih dengan filmnya! ini adalah pengalaman kami berkali-kali.
Saat nonton film Doraemon, kirain dia nggak ngerti ceritanya, ternyata dia nangis tersedu-sedu hampir setengah jam, bahkan sampai filmnya habis.. Nangis bukan nangis rewel tapi nangis sedih melihat adegan di dalam film. Tangisnya tidak berhenti sampai saat itu. Besokanya kok ya papanya kebetulan mbeliin dia VCD film Doraemon, daaaan setiap ditonton selalu nangis. Tapi anaknya mau nonton lagi mau nonton lagi. Nangis lagi-nangis lagi.
Hal ini tidak terjadi hanya untuk film itu. Berbagai macam film. Inside out, Good Dinosaur, dan banyak film lainnya.

Rupanya hal ini tidak terjadi hanya karena film. Tapi juga  saat dibacakan buku cerita. Saya tahu Aksara sangat suka dongeng tentang keluarga. Dongeng dengan tokoh ayah, ibu, dan anak. Tapi saya tidak mengira bahwa kesukaanya seekstrim "Semua anak-anak dalam dongeng harus punya Ibu dan Ayah!"

Kejadiannya tadi malam.
Saya menemukan buku cerita "Very hungry catterpillar" 
Buku yang sangat bagus, menceritakan tentang metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu dengan sederhana.
Saya menceritakannya dengan alat bantu berupa gambar dari buku itu yang saya saya print, lalu Saya bentuk menjadi semacam wayang.
Aksara senang sekali dengan ceritanya, mulai dari telur yang menetas menjadi ulat, ulat makan banyak, jadi ulat yang gendut, lalu membuat kepompong dan jadilah kupu-kupu yang cantik. Sudah dua kali saya menceritakan cerita ini dan respon dari Aksara adalah tertawa gembira.
Tibalah di kali ke tiga saya ceritakan cerita ini menjelang tidur.
Aksara baru menyadari bahwa di cerita ini hanya ada satu tokoh ulat yang sendirian. Mulai dari menetas hingga menjadi kupu-kupu dia sendirian.
"Mamahnya ulat kecil mana?"
(saya asal saja menjawab) "kan mamahnya ulat itu kupu-kupu, jadi nanti kalo si ulat udah jadi kupu-kupu mamahnya baru njemput"
di sinilah drama terjadi.. jeng jeeeeeng.... Aksara menangis sesenggukan!!
"Ulat nggak ada mamahnya....huaaaaaaaa"
"ada dek.. tapi terbang, kan kupu-kupu"
"Ulat nggak ada mamahnya... huaaaa"
"Ada dek, besok mamah print in gambar mamahnya ulat"
"Nggak, ada.. ulatnya nggak ada mamahnya.."
nangislah dia, sedih, meringkuk di kasur, sesenggukan dari jam 10 malam sampai ketiduran sendiri jam 11 malam.

Senin, 07 Maret 2016

cita-cita

0 komentar
Inget nggak waktu kecil kita punya banyak banget cita-cita?
Kalau saya sih pernah punya cita-cita jadi astronaut (ini waktu SD), jadi Wartawan (dari akhir SD sampe SMA), jadi dokter (ini cita-cita nggak serius), jadi guru, jadi penulis buku anak-anak, dan satu lagi jadi psikolog. Ada yang tercapai? gada! hahaha..
Gampang banget berubah yah? dari SD aja udah galau.. cita-citanya gonta ganti.
Ternyata Aksara juga.
Padahal baru PAUD loh..
nih Emak tulisin biar kamu inget nak, kamu pengen jadi apa dulu waktu kecil.
Setelah kemarin ingin jadi burung hantu rupanya Aksara berubah pikiran.
Kejadiannya beberapa minggu yang lalu, waktu kami sekeluarga pergi ke rumah sakit. Sulluh batuk flu yang lumayan lama, sudah satu minggu lebih. Jadi kami putuskan untuk ke dokter saja. Karena usianya baru 4 bulan jadi dokter menyarankan untuk  diterapi uap supaya dahak dan lendir bisa keluar dari tubuhnya dengan mudah.
Sulluh dibawa ke ruang UGD untuk diterapi uap. Beberapa perawat menyiapkan berbagai peralatan untuk terapi, memasangkan alat-alatnya, juga mengajak si bayi bercanda supaya tidak stress saat diterapi.
Rupanya Aksara memperhatikan.

"Mah, nanti kalau udah besar aku mau jadi perawat aja.. biar kalau adek sakit batuk lagi aku yang ngrawat, nanti kalau adek diuap aku yang nyiapin.."

ah.. sweet..
boleh nak boleh.. InsyaAlloh, kalau niatmu baik jadi perawat bisa membuatmu jadi manusia kesayangan Alloh..

Senin, 22 Februari 2016

Burung Hantu

2 komentar


Suatu hari Ibu Guru di Sekolah Aksara membahas tentang cita-cita. Satu per satu anak maju ke depan dan menceritakan cita-citanya. Ada yang ingin jadi dokter, jadi guru, jadi polisi (waarr biasa yahh anak PAUD usia 3 tahun udah punya keinginan KERJA hehhee..).
Tibalah saat si Aksara maju dan menceritakan cita-citanya. Saat ditanya ingin jadi apa nanti? dengan lantang dijawabnya pengen jadi Burung Hantu! Si Ibu Guru buru-buru "membetulkan" cita-cita si Aksara.
"nggak gitu dek, cita-cita itu ya guru atau tentara atau dokter gitu, Aksara mau jadi apa nanti?"
Aksara langsung diem, nggak mau crita apa-apa lagi.
ah.. yang kutakutkan terjadi juga.
Awalnya aku nggak mau itu masukin anak ke sekolah, takut imajinasinya dipotong dan dikotak-kotakkan. Takut kepolosan anak-anak terenggut dan anak jadi takut berimajinasi. Takut disalahkan.
Rupanya, setelah ditanyakan ke si anak, kenapa ingin jadi burung hantu? dia jawab katanya biar bisa bobok di luar, trus biar liatin papa dari atas pohon kalau papa pergi ke mesjid solat magrib..
sesederhana itu..

 

my little history Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template