Rabu, 14 Februari 2018

Mie Mbah Tusiyem, Kebumen

10 komentar


Kebumen sudah menjadi rumah kedua bagi saya. Setiap bulan hampir dua atau tiga kali saya kunjungi. Setiap mengunjungi Ibu mertua saya di kota itu, pasti saya sempatkan untuk jalan-jalan. Saya suka mencari hal baru dari kota ini, entah itu tempat wisata atau makanan yang saya coba satu per satu. Salah satu tempat makan yang baru saya coba adalah Mie Mbah Tusiyem.

Tempat makan Mie Mbah Tusiyem ada di daerah Pucangan RT 01 RW 04, Kecamatan Ambal, Kebumen. Bagi yang sudah sering berjalan-jalan di pantai-pantai di Kebumen pasti sudah akrab dengan daerah ini. Jalan utama Ambal kebumen memang jalur menuju beberapa pantai terkenal di Kebumen, selain itu daerah ini juga sangat terkenal atas kuliner sate ayamnya yang unik, yaitu sate Ambal. Saya sendiri sudah sangat sering melewati jalur ini tapi baru tahu bahwa di tempat ini ada kuliner lain selain sate.

Berbekal informasi dari tetangga dan peta dari Google, saya mencari tempat makan Mie Mbah Tusiyem. Lokasinya sendiri agak jauh dari jalan utama. Harus masuk ke jalan kampung, tetapi masih muat dilalui mobil. Saya sempat kesulitan menemukannya, berkali kali saya bertanya pada orang yang saya temui di Jalan. Tetapi mereka sudah sangat paham lokasi Mi Mbah Tusiyem jadi bisa memberikan informasi yang sangat membantu. Saya sendiri tidak tahu pasti lokasinya, satu yang membuat saya yakin lokasi tempat ini adalah ketika melihat beberapa mobil terparkir di halaman sebuah rumah jawa yang cukup tua. Saya langsung yakin pasti di situ tempatnya. Ketika saya parkir baru saya lihat ada sebuah spanduk nama tempat ini, karna dari kejauhan spanduk ini terhalang  pohon pisang.

 Saya bukan orang yang gemar makan di tempat mewah nan rapih. Tempat makan seperti rumah lah yang selalu membuat saya betah. Mungkin ini yang membuat saya terkesan sejak pertama memasuki tempat ini. Tempat makannya benar-benar membuat saya merasa sedang bertamu ke rumah Mbah Tusiyem. Meja kayu dan bangku bambu yang digunakan sama seperti meja dan bangku yang  biasa saya temui di rumah mbah-mbah zaman dulu. 

Saya disambut oleh mbah kakung  yang mungkin usianya sudah 70an tahun. Hanya dengan menggunakan kaus singlet mbah tersebut menanyakan pesanan saya. Saya langsung memesan bakmi rebus dan teh manis hangat. Saya sendiri sebetulnya kurang tahu pasti menu apa saja yang disediakan karena tidak ada daftar menu di sana, jadi saya pesan saja menu utamanya. Sambil menunggu pesanan saya mencicipi peyek kacang tanah yang tersedia di meja. Sesekali saya mengintip ke dapur Mbah Tusiyem yang masih sangat tradisional bentuknya. Rupanya mbah Tusiyem sendiri yang memasak bakmi tersebut. Meskipun sudah sangat sepuh tetapi mbah Tusiyem masih memasak dengan sangat gesit.





Begitu dihidang di meja, harum kaldu langsung menggugah selera. Saya yang sudah lapar di jam makan siang  tidak sabar ingin segera menyantap mienya meskipun asap panas masih mengepul. Suiran besar ayam kampung tampak pada bagian atas mie kuning. Seledri dan bawang goreng sebagai taburan  diberikan tidak tanggung-tanggung, melimpah bukan sekedar hiasan belaka. Benar saja, begitu diaduk dan saya cicipi kuahnya, gurih kaldu ayam kampung menyatu dengan rasa bawang goreng dan seledri. Sedap sekali. Rasa mie nya sendiri sama dengan mi kuning pada umumnya, kenyal dan lembut, memang kuah dan isian ayamnya yang membuat rasanya istimewa.

Selain mie, Mbah Tusiyem juga menghidangkan sepiring ayam goreng dan sambel korek dalam wadah gerabah  meskipun saya tidak memesannya. Saya ambil satu potong ayam goreng kampungnya, begitu saya cicipi saya langsung ingat ayam goreng buatan Ibuk, khas sekali rasanya, ayam goreng dengan bumbu sederhana dan tidak berlebihan sehingga rasa daging ayam kampungnya begitu terasa. Oh iya satu lagi, teh manis yang dihidangkan pun membuat saya terkesan, sesuai dengan prinsip teh orang jawa, panas legi kenthel. Rasa sepetnya pekat, seperti pada teh poci, hanya saja dihidangkan dalam gelas ukuran yang lebih besar.




Sempat saya ngobrol dengan Mbah Tusiyem, saya tanya jualan sejak kapan mbah? Beliau hanya menjawab “sejak kamu belum lahir”. Hehhhe.. saya baru sadar ternyata di spanduk sudah tertulis sejak 1973, ya benar, memang saya belum lahir. Mbah Tusiyem mengawali jualan mie dengan berkeliling kampung, namun karena umur yang tidak lagi muda beliau memutuskan membuka tempat makan sendiri di rumahnya. Tak disangka, warungnya malah terkenal dan banyak pengunjung dari luar kota yang singgah untuk makan bakmi masakan Mbah Tusiyem. Menurut mbah Tusiyem, Beliau menyembelih sekitar tujuh ekor ayam kampung dalam sehari untuk menghidangkan bakmie dan ayam goreng bagi para pengunjung.

Saya sudah tidak sabar untuk berkunjung lagi ke Kebumen dan kembali menikmati masakan Mbah Tusiyem.. Makanan sederhana dengan rasa istimewa memang selalu bikin rindu. Mampirlah ke sana bila kamu ingin merasakan rindu yang sama.

Minggu, 04 Februari 2018

Rajah

0 komentar
Kemarin ibuku bilang, ada yang aneh di toko. Hari itu hingga siang hanya ada satu orang yang beli barang. Lainnya cuma berkunjung dan tidak beli. Lalu ibuku bersih-bersih di sekitar toko.  Ketika Ibu membersihkan pot bunga pucuk merah, Ibu menemukan sebuah kertas bertuliskan rajah, semacam tulisan arab, dan di sekitarnya ada sebotol kecil minyak, lalu bunga-bunga yang ditebar.
Ibu mengabari kami.
Reaksiku dan suami?
tertawa..
Lucu sekali bukan?
Ada hal seperti itu. Kami alami sendiri. Selama ini hal-hal seperti itu hanya kami dengar lewat cerita.
Apakah itu gaib atau ada yang iri atau semacam itu kami tidak khawatir.
Kami hanya merasa lucu
Coba kamu bayangkan ada orang datang ke (katakanlah) dukun. Terbayang tidak dialognya?
Apakah seperti ini?
"mbah ada orang yang saya tidak suka, gimana kalo dagangannya kita bikin tidak laris?"
atau
"mbah tolong bantu saya, saya ingin supaya toko itu tidak laris"
lalu mbah dukunnya "tenang akan kubantu, ini rajah, bunga dan minyak untukmu, taroh di tokonya nanti tokonya tidak laku"
"ok baik mbah, ini ongkosnya"
hahhaa...
Membayangkan dialognya saja sudah bikin kami ketawa
Bagaimana cara orang itu meletakkan benda-benda gaib yang dia bawa
apakah malam-malam dia datang ke toko, mengendap-endap.. merokok dulu di depan toko supaya terlihat natural seperti orang nongkrong kebanyakan, lalu dia korek-korek tanah di pot dan meletakkan benda-benda itu sambil berharap benda-benda itu bekerja sesuai rencana.
hahahha..
Longgar sekali waktu orang itu.
Trimakasih atas perhatiannya.
Trimakasih atas kelucuannya :)

Sebelum lupa

0 komentar
Dalam perjalanan ke kantor tiba-tiba aku terpikir
Aku ingin menulis bebas. Apa saja. Tak perlu dibagus bagusin.
Aku ingin memberitahu suatu hal yang enak enak. Enak sekali hidup kalau tidak perlu memikirkan pendapat orang lain.
Enak sekali bukan, bila hidup tidak memikirkan komentar orang lain. Tidak perlu peduli orang lain suka atau tidak, tidak perlu memikirkan tanggapan orang, tak perlu khawatir reaksi orang atas apa yang kita lakukan. asal itu tidak mengganggu mereka.
begitu juga dengan menulis. Aku hanya ingin menulis sekarang sebelum lupa.
 

my little history Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template