Rabu, 30 Januari 2013

Gerakan Tanpa Televisi



Ini adalah cita-citaku sejak lama. Aku yang hobi sekali menonton televisi pernah membayangkan seperti apa aku kalau tak menonton televisi. Pada saat itu bagiku beberapa acara TV adalah penting, seperti berita, talkshow, liputan keajaiban di dunia dan berbagai hiburan yang ternyata saat kususun bisa menghabiskan waktuku seharian untuk selesai menonton semuanya. Aku renungkan lagi, benarkah informasi-informasi yang kuanggap penting itu benar-benar bermanfaat untuk hidupku?
Dimulai ketika lahirnya anakku, aku bertekad agar si baby tidak perlu menyerap hal-hal yang tidak penting dan cenderung berbahaya dari televisi, aku melakukan gerakan tanpa televisi. Di rumahku televisi sangat jarang dinyalakan. Kami menonton televisi hanya saat weekend, karena ada acara yang cukup menghibur, stand up comedy. Oh kadang-kadang juga kami sempatkan menonton acara Kick Andy. Sudah. Itu saja. Ini kuterapkan juga pada asisten rumah tangga dan pengasuh anakku. Tidak boleh menyetel televisi. Pantang! Pagi, siang, malam! Ini sudah berlangsung sekitar 3 bulan
Aku memperhatikan diriku. Aku perhatikan perubahan apa yang terjadi di rumah ini. Apakah aku jadi gaptek? Apakah aku jadi tidak tahu berita luar? Apakah aku jadi nggak nyambung kalau diajak bicara orang sekitar?
Sepulang kerja kusempatkan membaca koran. Aku yang tadinya sangat malas membaca koran jadi punya waktu santai untuk menikmati berbagai ulasan berita aktual saat ini. Aku hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk tahu apa yang terjadi saat ini secara lengkap lewat koran. Biar tidak sepi, kusetel saja CD musik, aku jadi sering membeli CD-CD, aku jadi senang membeli CD musik, ceramah, atau puisi. Setelah itu aku main dengan anakku, menimangnya, membacakanya cerita sampai menidurkannya.  Setelah itu baru aku makan dengan suamiku. Waktu makan kami gunakan untuk mengobrol, kadang kami membahas bacaan yang kami dapat dari internet, seperti dari Detik, twitter, atau hasil browsing sana sini, kami juga membicarakan apa yang kami alami di kantor tadi siang. Aku juga punya waktu untuk ngobrol dengan asisten atau dengan pengasuh anakku, membicarakan apa saja yang dilakukan anakku tadi siang. Setelah aku mandi aku memompa asi, dan masih sambil ngobrol dengan suamiku yang sering masih sibuk dengan pekerjaanya dari kantor. Aku punya banyak quality time untuk berdiskusi, saling memijat, atau saling memakaikan vitamin rambut (hahaa iya, kami senang melakukanya). Setelah itu kami beristirahat. Aku dan suami hanya punya sedikit waktu di rumah. Jadi waktu yang sangat sedikit itu harus kumanfaatkan betul untuk keluarga.
Bila masih ada TV pasti aku menonton berita di TV, Berita yang sama yang diulang-ulang di berbagai acara dalam saluran TV yang beraneka, dikuliti dalam berbagai sudut dari inti permasalahanya sampai sisi mistis dari setiap kejadian. Bila masih ada TV mungkin aku menyusui anakku sambil menonton TV, tanpa bernyanyi untuknya, tanpa bercerita, mungkin tanpa menoleh padanya karena kepalaku menghadap layar TV. Bila masih ada TV aku pasti menonton berbagai acara dengan suamiku, tertawa-tawa, membahas, dan berdiskusi apa yang saat itu kami tonton, sambil lupa apa yang telah terjadi hari itu, tanpa tahu apa yang masing-masing kami alami.
Di luar kadang memang aku nggak nyambung dengan obrolan, nggak ngerti dengan gosip-gosip artis saat ini. Nggak ngerti kalau sedang ngobrol tentang FTV, Haji sulam haji muhidin, skandal para pejabat, dan sebagainya. Tapi nggak apa-apa tuh.
Aku merasa nyaman seperti ini, TV sudah seperti candu, aku tidak serta merta stop TV begitu saja, aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menonton TV, tidak mudah bagiku yang tadinya sangat suka menonton TV. Tapi aku berusaha untuk menjadi lebih baik, salah satunya dengan gerakan tanpa TV.

1 komentar:

 

my little history Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template