Kamis, 29 Januari 2015

Aksara Takut

Dari Aksara aku banyak sekali belajar. Tentang kehidupan, tentang science, tentang manusia, tentang apapun. Banyak momen yang ooh ternyata gitu.. ko bisa ya..
Satu yang baru kuamati,
Aksara itu nggak takut apapun (tadinya).
Aku sangat takut mendekati phobia (yaa mungkin) sama ulet.
Aksara mah enggak. Pernah suatu hari aku pulang kerja terus buka pintu dan aksara lagi mainan ulet di dalam toples! tidaaaaaaaaakk!! Aksara dengan ceria nunjukin uletnya, mamaaah ini ulet.. ulet nih maaah uleeett..
aku kuat-kuatin ngliatin dan pasang senyum oooh iyaaa itu uletnya Sara yaaah... tapi nggak mau masuk rumah.
Ini pasti ulah bapaknya!
Segeralah kupanggil bapaknya Sara buat buang tuh ulet, dengan dalih ah kasian uletnya di toples ulet kan idupnya di pohon naak..
Suatu hari aku ganti pengasuh, yang mana takut juga ama ulet.
Setiap Aksara nunjukin ulet di pohon depan rumah si embak triak triak histeris hiiii jijik hiii takut hiiii uleeeett..
daaaan akhirnya Aksara ikut ikutan. hheerrrhhhgg
Sekarang Aksara jadi "takut" ulet. kalo ada ulet dia akan menjauh dan bilang hiii jijik hiiii Sara takut ulet hiiiii..
yaelah
udah susah payah aku nahan ketakutan dan pura-pura gembira biar anakku pemberani dan nggak takut hal-hal nggak penting gitu malah hancur sudah sama ajaranya si embak.
Mau kubilangin juga udah terlambat, mau nyalahin si embak ya nggak bisa juga, aku juga yang salah, salah sendiri nggak ngasuh full sendiri, jadi segala ajaran nggak terserap dengan baik.
Jadi ketakutanya Aksara sama Ulet ini ketakutan yang dibuat sama lingkungan. Lawong aslinya Sara itu temennya ulet (eh?) ko sekarang jadi sok-sok menjauh gitu..
Jangan-jangan kita juga gitu yah, kita tidak terlahir dengan rasa takut, lingkungan yang mendoktrin kita dengan ketakutan.
Mulai dari hal sepele kaya takut sama ulet sampai takut miskin, takut, takut nggak punya temen, takut pindah ke tempat baru, takut gagal, dan segala ketakutan lain yang sebenarnya itu nggak ada.

3 komentar:

  1. Kalau menggunakan pendekatan behavioristik, manusia dikatakan sbg tabula rasa atau bejana kosong, tinggal lingkungan yang mengisinya. Namun, berbeda dengan teori konstruktivistik, ilmuwan percaya bhw manusia sebenarnya tidak tercipta dr kekosongan. Sesungguhnya manusia memiliki "bawaan", emm mungkin berupa bakat alam, kecerdasan, dll. Ya, kalau aku ambil jalan tengahnya. Pada kasus ini, bisa jadi Sara sangat terpengaruh oleh lingkungannya. Namun, itu sebenarnya hanyalah "peluang", gak selamanya gitu sih... buktinya ada anak yang ditakutin "itu makanan pedes lo jangan dimakan" eh pas udah gede ngerasain pedes itu enak ya malah doyan pedes. *aku ngemeng opo to*

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. ho oh, aku juga percaya banyak hal yang bawaan, kalo berdasarkan pengamatan emakku nih yang udah 20 taun jd guru TK kecerdasan itu ya bawaan, walopun teorinya bilang kecerdasan itu tidak menurun, kalopun ada yg ortunya ga cerdas trus anaknya cerdas pasti lingkungan atau usahanya membentuknya dengan sangat kuat

    BalasHapus

 

my little history Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template