Q.S. Al israa (23) "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia"
Sempat terbesit bahwa ayat ini agak lebai, mosok cuma bilang ah aja ga boleh, kan ga selamanya orang tua itu benar. Astaghfirullahaladziiiiim... dudul banget emang aku. Udah sombong sotoy pula. Emang gitu yah manusia, kalo belom ngrasain sendiri suka nggak percaya.
Sejak hamil yang ada di otakku sudah buka aku-sentris. Tapi full baby-sentris. Apapun yang kulakukan hal pertama yang terpikir di otakku adalah si baby. Salah satunya tentang makanan. Setiap hari sebelum tidur aku mereview makanan apa yang sudah kumasukkan ke tubuhku hari ini. Apakah karbohidratnya cukup? protein? vitamin? serat? air? Sebelum makan aku selalu menghitung hitung, mana karbohidratnya? kalau lagi males makan nasi aku makan kentang kukus 2 buah. Kalau merasa kurang serat aku langsung aja kukus brokoli, bayem, wortel, lobak atau sayur apapun yang aku stok di kulkas. Telur ayam kampung rebus sudah menjadi salah satu menu favoritku sekarang, dan susu adalah minuman yang tidak boleh lupa aku minum. Buah? oooo itu menjadi pengeluaran terbesar dalam anggaran makanan. Lebih besar dari anggaran daging, saking teraturnya makan buah. Kalau ini bukan karena lidahku manja dan pengenya makan enak. Enak? enggak boook, dulu aku makan berdasarkan mood, pengen bakso ya makan bakso, pengen mi ayam ya harus makan mi ayam. sekarang? no! laper? ntar, aku pikir dulu nutrisi apa yang perlu aku beri untuk si bayi.
Bukan cuma makanan, dulu aku orang yang suka ngepolin badan, kalo belum poool capeknya ga akan berhenti beraktivitas. Sekarang? harus diinget-inget betul. Stop kalau lelah, takut si baby kenapa-kenapa.
Kalau aku mulai kelelahan aduuuh khawatirnya luar biasa. Aku langsung tepuk tepuk perut sambil tanya dede sehat? ayooo kasih tanda kalu kamu sehat.. biasanya si dede langsung nendang atu menggeliat. Rasanya ploooong banget hehe.. InsyaAlloh tandanya dia sehat.
Di bulan-bulan akhir kehamilan si bayi akan mulai mendorong ke bawah, kadang terasa nyeri. Tapi nikmat, membayangkan si bayi sedang mencari jalan untuk keluarnya nanti.
Ketika hamil wanita akan lebih mudah lelah, kaki bengkak, sakit pinggang, daaaan sebagainya sebagainya, tapi sama sekali tidak menjadi beban bagi seorang ibu, semuanya tetap membahagiakan.
Semua cita-cita sekarang sudah beralih. aku singkirkan sejenak rencana hidup yang dulu kususun, sekarang saatnya nutrisi si kecil nanti, seperti apa pendidikanya nanti, permainan apa yang akan kulakukan untuk merangsang kecerdasanya nanti, lagu apa yang aku nyanyikan untuk menemaninya tidur, huaaah seisi otakku penuh dengan si bayi.
Hal ini juga pasti yang terjadi pada Ibuku dulu. Dari sebelum kelahiranku sampai sekarang aku sudah mau punya bayi. Bisa dibilang 99/100 hidup seorang Ibu dia pasrahkan untuk si anak. Kamu merasa sayang pada ibumu? Ibumu jauuuhh sejuta kali lipat sayang sama kamu!
Memberangkatkan dia haji, membelikan dia rumah, amat sangat tidak cukup kalau kamu merasa itu untuk membalas pengorbananya.
Satu-satunya hal setimpal yang bisa kamu berikan untuk ibumu adalah menjadi anak shaleh. Perlu digali lagi bagaimana caranya menjadi anak Shaleh. Manusia yang Shaleh. Kenapa? Agar doamu untuk ibumu Alloh Kabulkan. Doa anak shaleh. Semoga doamu, doaku, doa kita semua untuk Ibu bapak kita menyelamatkanya, dan biar Alloh membalas segala kebaikan mereka kepada kita sekarang dan di akhirat nanti. Apapun usaha kita nggak akan pernah setimpal, untuk bisa setimpal hanya Alloh yang bisa melakukanya, sungguh hanya Alloh yang bisa membalas secara setimpal segala yang telah mereka lakukan. Oh iya, itu barusan bukan hasil ngemengku aja. Itu kata ibuku. Ia bilang aku menjadi apapun itu hanya untuk diriku sendiri. Satu-satunya yang Ibuku harapkan adalah aku menjadi anak yang shaleh. Berat sekali.
Selasa, 11 September 2012
Jumat, 07 September 2012
TEMAN
Ada beberapa tipe orang yang memiliki perilaku berbeda dalam berteman. Ada yang mudah sekali akrab dengan siapa saja, ada juga yang pilih-pilih, dan berteman dengan orang itu-itu saja. Saya termasuk orang yang pilih-pilih teman. hehe.. nggak baik yah? iya memang.. relasi saya jadi sedikit. Tapi saya memilih untuk begitu. Teman yang saya maksud di sini adalah sahabat beneran, yang enak diajak jalan ke mana saja, asik diajak diskusi apa saja, yang tidak sungkan untuk curhat atau dicurhatin, dan yang sudah hilang rasa tersinggungnya meskipun kami saling mencela.
Mungkin untuk sekedar kenal dan beramah tamah saya mudah akrab, tapi tidak untuk selanjutnya. Bahkan saya masih bisa menghitung mana saja teman-teman saya, saking sedikitnya. hehe..
Apalagi ketika saya menikah, semakin ketahuan mana yang bisa lanjut menjadi teman, mana yang sekedar basa basi saja dengan saya. Ketika saya memilih menikah muda, saya seperti mengambil sebuah persimpangan yang berbeda, jalan kecil yang sepi, yang amat jarang orang lewat di situ. Pengaruhnya dalam hal pergaulan? ya pasti dalam obrolan. Teman yang benar-benar teman akan tetap nyambung kalau ngobrol, walopun sekedar dia bertanya dan saya menjelaskan panjang lebar. tapi beberapa yang lain malah jadi jauh, mungkin karena sudah tidak sevisi, dia masih asik ke sana ke mari jalan dan nongkrong-nongkrong dan hanya sekedar itu yang dibicarakan, hal-hal yang bisa ditertawakan beberapa detik lalu lupa, sedangkan saya lebih memilih ngobrol apa-apa yang real.
Sangat asik menjadi manusia dua dunia *eaaa* dimana secara fisik saya masih 20an dan saya masih ok sekali untuk bergaul dengan yang seumuran, tetapi secara status orang-orang sudah menganggap saya sudah 'dewasa' jadi mudah juga untuk ngeblend dengan ibu-ibu muda atu bahkan ibu-ibu yang seumuran dengan ibu saya. Mereka tidak segan mengajak saya ngobrol seperti seorang teman, bukan seperti senior kepada junior. Asik sekali ketika membicarakan tentang pasar, tentang harga sayur-sayuran, tentang bagaimana mengasuh anak, tentang membangun rumah, tentang pekerjaan, tentang mengatur uang dan hal-hal lain yang sangat jarang saya diskusikan dengan teman-teman seumuran saya. Perlakuan ini sangat berbeda bila saya bandingkan dengan teman-teman seangkatan saya di kantor, mereka lebih dianggap sebagai anak baru, atau bahkan bawahan. Mereka sering disuruh-suruh dengan untuk mengerjakan hal yang remeh, saya? tidak pernah. Saya seperti setara.
Begitulah, pada awalnya saya merasa aneh menjadi berbeda.
Jangan pernah takut!
Kadang orang-orang yang tadinya kamu anggap teman malah menganggapmu senior, dan mungkin kamu tidak nyaman dengan hal itu, tidak perlu begitu, nikmati saja peranmu sebagai penasihat.
Bila kamu merasa berbeda jangan pernah berusaha menjadi sama, jadilah berbeda. Bila memang obrolan tidak nyambung atau bagimu sudah tidak menarik lagi jangan segan untuk berhenti. Saya agak egois dalam hal ini, hal yang pertama dan utama adalah saya nyaman, kalau saya tidak nyaman saya akan berhenti melakukan hal tersebut.
Teman sejati tidak akan ke mana-mana, tidak perlu takut kehilangan. Takutlah bila kau dibenci, begitu kata Pidibaiq.
Orang-orang di kehidupanmu akan silih berganti, kadang kamu akan merasa kehilangan, tapi komunitas baru siap menampungmu.
Mungkin untuk sekedar kenal dan beramah tamah saya mudah akrab, tapi tidak untuk selanjutnya. Bahkan saya masih bisa menghitung mana saja teman-teman saya, saking sedikitnya. hehe..
Apalagi ketika saya menikah, semakin ketahuan mana yang bisa lanjut menjadi teman, mana yang sekedar basa basi saja dengan saya. Ketika saya memilih menikah muda, saya seperti mengambil sebuah persimpangan yang berbeda, jalan kecil yang sepi, yang amat jarang orang lewat di situ. Pengaruhnya dalam hal pergaulan? ya pasti dalam obrolan. Teman yang benar-benar teman akan tetap nyambung kalau ngobrol, walopun sekedar dia bertanya dan saya menjelaskan panjang lebar. tapi beberapa yang lain malah jadi jauh, mungkin karena sudah tidak sevisi, dia masih asik ke sana ke mari jalan dan nongkrong-nongkrong dan hanya sekedar itu yang dibicarakan, hal-hal yang bisa ditertawakan beberapa detik lalu lupa, sedangkan saya lebih memilih ngobrol apa-apa yang real.
Sangat asik menjadi manusia dua dunia *eaaa* dimana secara fisik saya masih 20an dan saya masih ok sekali untuk bergaul dengan yang seumuran, tetapi secara status orang-orang sudah menganggap saya sudah 'dewasa' jadi mudah juga untuk ngeblend dengan ibu-ibu muda atu bahkan ibu-ibu yang seumuran dengan ibu saya. Mereka tidak segan mengajak saya ngobrol seperti seorang teman, bukan seperti senior kepada junior. Asik sekali ketika membicarakan tentang pasar, tentang harga sayur-sayuran, tentang bagaimana mengasuh anak, tentang membangun rumah, tentang pekerjaan, tentang mengatur uang dan hal-hal lain yang sangat jarang saya diskusikan dengan teman-teman seumuran saya. Perlakuan ini sangat berbeda bila saya bandingkan dengan teman-teman seangkatan saya di kantor, mereka lebih dianggap sebagai anak baru, atau bahkan bawahan. Mereka sering disuruh-suruh dengan untuk mengerjakan hal yang remeh, saya? tidak pernah. Saya seperti setara.
Begitulah, pada awalnya saya merasa aneh menjadi berbeda.
Jangan pernah takut!
Kadang orang-orang yang tadinya kamu anggap teman malah menganggapmu senior, dan mungkin kamu tidak nyaman dengan hal itu, tidak perlu begitu, nikmati saja peranmu sebagai penasihat.
Bila kamu merasa berbeda jangan pernah berusaha menjadi sama, jadilah berbeda. Bila memang obrolan tidak nyambung atau bagimu sudah tidak menarik lagi jangan segan untuk berhenti. Saya agak egois dalam hal ini, hal yang pertama dan utama adalah saya nyaman, kalau saya tidak nyaman saya akan berhenti melakukan hal tersebut.
Teman sejati tidak akan ke mana-mana, tidak perlu takut kehilangan. Takutlah bila kau dibenci, begitu kata Pidibaiq.
Orang-orang di kehidupanmu akan silih berganti, kadang kamu akan merasa kehilangan, tapi komunitas baru siap menampungmu.
Rabu, 05 September 2012
Review Dokter Kandungan
Sekedar info buat yang lagi milih-milih dokter kandungan, ini cuma penilaian saya dari beberapa kali kunjungan ke beberapa orang dokter, dan penilaian saya ya berdasarkan kunjungan saya tersebut.
Saya orang yang tidak mudah percaya dengan dokter, agak skeptis dan curigaan, ini dokter lulusan mana nih? tau banyak nggak? dia meriksa apa aja? pengalaman berapa taun jadi dokter? hehe.. pokoknya kepo sendiri kalo ke dokter, jadilah saya selalu ambil second, third, bahkan fourth opinion kalo chek up.
1. Dr. Adi Setyawan Prianto. Sp. OG (K)
Dokter Adi prakteknya di Rumah Bersalin Restu Ibu Jl. Prof. Suharso Purwokerto, deket sama GOR PWT. Saya ke dokter ini karena saat itu saya mudik ke kampung halaman di Purwokerto bertepatan dengan jadwal saya ke dokter, berhubung saya ibu yang disiplin (ehmm.. :D) pergilah saya ke klinik dr. Adi. Beliau adalah salah satu dokter yang lumayan tenar di Purwokerto. Dr. Adi sangat ramah, begitu masuk langsung disambut dengan baik. Beliau juga 'agak bawel' hehe.. tanya ini itu, kasih nasihat ini itu panjang lebar lamaaaa banget, tapi saya suka nih dokter yang begini, emangnya kita ke dokter bayar apanya? ya bayar ilmunya! ga mau rugi donk mahal-mahal tapi ga dapet info apa-apa.. hehe.. Beliau juga suka bercanda dan tidak kaku, so friendly.. tapi kayaknya pak dokter ini hobi ngasih obat deh. Crita tentang sedikit keluhan aja tanpa pemeriksaan lebih lanjut pak dokter ga segan-segan ngasih obat macem-macem termasuk antibiotik. Vitamin juga ngasihnya macem-macem banget. Alhasil bayarnya agak mahal deh..
2. dr. Yuyun Lisnawati, Sp. OG
Dokter Yuyun Praktik di RS. Persahabatan, waktu itu saya menemuinya di bagian Griya Puspa. Satu-satu alasan yang membawa saya ke Rs. Persahabatan ya karena dekat dengan kantor, jadi bisa make waktu kosong di kantor buat pergi sebentar kontrol ke dokter. Dr. Yuyun juga sangat ramah, mau menjelaskan dengan detil hal-hal yang saya tanyakan. Dalam USG beliau adalah dokter yang paling jelas menerangkan hasil USG di layar bila dibandingkan dokter-dokter lain yang saya temui, bahkan bentuk bibir si baby pun, yang saya ngga bisa nangkep mana gambarnya, ditunjukkan dan dijelaskan bagaimana keadaanya.
3. dr. Hj. Lucky Savitry Widyakusuma, Sp. OG (K)
Dokter lucky juga saya temui di Rs. Persahabatan bagian Griya Puspa, awalnya saya ingin bertemu dr.Yuyun, tapi berhubung saya salah jadwal jadi saya pikir nggak ada salahnya lah bertemu dr. Lucky. Saya datang jam 10 pagi, karena begitu di jadwal, tapi Beliau sedang mengoperasi pasien jadi saya harus menunggu 2 jam, dan benar saja jam 12 beliau baru memulai praktek. Dengan menunggu segitu lama, dan gelar panjang di belakang namanya saya sudah berekspektasi lebih, apalagi melihat orangnya yang tampak cerdas dan tegas dalam berbicara. Eh, nggak taunya saya cuma diperiksa memakai alat pemeriksa detak jantung bayi, cuma diperdengarkan detak jantung si bayi, terus tangan saya dilihat katanya pucat jadi beliau menyarankan dan memberikan lembar pemeriksaan untuk cek darah di laboratorium, tapi saya dipersilakan untuk cek darah kapan saja dan balik lagi 2 minggu lagi. Padahal saya sengaja ke Rs. Persahabatan karena saya nggak mau telat cek up kandungan yang sudah memasuki umur 34 minggu dimana saya harus kontrol rutin 2 minggu sekali. Pada pemeriksaan sebelumnya dengan dokter Hera terlihat hasil USG bahwa bayi saya kurang berat badanya, jadi harus dipantau terus secara rutin dengan USG. Saat saya meminta diUSG sama dr. Lucky malah Beliau tidak bersedia, katanya nggak usah, ntar aja USGnya kalo udah 36 minggu. Kalo menurut saya si ngaco banget. Nggak ada salahnya donk saya minta USG, kenapa harus ditunda 2 minggu lagi, kalo memang bayi saya masih kurang berat badanya kan masih ada waktu untuk 'memperbaiki', semakin mepet hari kelahiran ya semakin nothing to do. Pemeriksaan dilakukan sangat singkat, nggak ada kali 5 menit saya di ruangan beliau. Kalau nggak ditanya juga beliau nggak respon apa-apa. Mungkin sedang lelah karena habis operasi, atau buru-buru ada jadwal lain yah.. mungkin..
4. Dr. Made, Sp. OG
Pertama kali saya ke Rs. Persahabatan, saya belum tahu kalau ada bagian yang namanya Griya Puspa. Kalo orang-orang sih bilangnya Griya Puspa itu bagian swastanya, dan ternyata memang jauuuh sekali dalam segi pelayanan dan harganya. Di Bagian 'Negerinya' saya bener-bener diombang-ambing harus kesana harus ke sini, ndaftar di sana, ngisi formulir ke sini, mbayar ke loket sana, nyerahin nota di sini, periksa di lantai ini, ambil hasil di lantai itu haduuuuh sangat nggak recomended terutama untuk ibu hamil, capek sekali hanya untuk cek up harus serepot itu. Nah, untuk USG pun saya harus pindah ruangan yang lumayan jauh dari ruang pemeriksaan, beda lorong, dan harus antri, saking antrinya saya harus balik lagi di keesokan harinya, begitu balik lagi esok harinya kurang lebih 2 jam saya harus menunggu karena dr. Made sedang menangani pasien kecelakaan. Saya dipersilakan masuk ruang pemeriksaan ketika masih ada pasien lain di dalam ruangan, pasien itu sedang diUSG di balik tirai. Saya sempat mendengar percakapan sr. Made dengan sang pasien dan nampak sekali dr. Made tidak malas menjawab pertanyaan-pertanyaan si pasien. sangat friendly. Nah begitu tiba giliran saya malah si dokter sibuk ngobrol sama suster, sayanya dicuekin. Tapi begitu ditanya ini itu dokter ini langsung respon dengan jawaban yang cukup memuaskan. Laporan hasil USGnya juga lengkap (beberapa dokter hanya memberikan foto hasil USG dengan keterangan yang tidak bisa dibaca oleh orang awam seperti saya). Dari dr. Made saya disarankan untuk ke Griya Puspa, baru deh saya tau ada bagian yang ga perlu antri lama begitu.
5. dr. Herawati, Sp. OG
Ini dia dokter favorit saya tapi saya malah ga tau nama lengkapnya siapa, Herawati siapaa gitu hehe.. saya konsultasi ke beliau di Klinik Permata Ibu daerah Jurangmangu Tangerang Selatan. Beliau juga praktek di RSCM. Kepada Beliaulah saya kontrol Rutin tiap bulan. Orangnya ramah, beliau selalu menjabat tangan begitu masuk dan setelah pemeriksaan selesai. Bagi saya ini penting. Dokter adalah orang asing yang akan menjudge kita begini dan begitu, jadi keakraban akan menjadi sangat penting untuk menjalin kepercayaan. Beliau menerangkan sesuatu dengan detail, apalagi kalau ditanya, akan bermunculan berbagai saran yang sangat bermanfaat bagi pasien. Beliau juga tidak mudah memberikan obat, saya justru senang dengan dokter yang begini, Beliau lebih memilih memberikan nasihat untuk istirahat atau makan makanan yang baik untuk menghilangkan keluhan-keluhan yang tidak terlalu membutuhkan obat. Beliau juga tidak memberikan terlalu banyak vitamin, dan lebih menyarankan makan makanan bergizi. Hal yang saya keluhkan bukan dari pribadi dr. Hera tapi dari manajemen Klinik Permata Ibu tempat beliau praktik. Tidak ada yang namanya pendaftaran via telepon, harus datang langsung baru didaftarkan. Jadwal beliau adalah jam 9 pagi - 12 siang, pernah suatu hari saya mendaftarkan diri kurang lebih sekitar jam 11, eh saya ditolak, katanya pasienya sudah terlalu banyak. Lalu pada kesempatan yang lain saya datang agak siang sekitar jam 12 kurang, dr. Hera masih praktik di situ dan pasienya tinggal 2 orang, saya ditolak juga karena takut kesiangan, ahirnya saya ngotot nggak mau pergi, dan ternyata dr. Hera masih mau koq memeriksa satu pasien lagi. Tidak hanya itu, saya pernah telepon 2 kali ke klinik tersebut untuk menanyakan jadwal dr. Hera hari itu, pertama saya telepon pukul 4 sore, menurut operator telepon jadwal dr. Hera jam 5 sore, saya pun dandan rapih, tapi sebelum berangkat saya telepon lagi untuk memastikan, eh kata si itu suster operatornya dokter Hera datang jam 6. Saya pikir sudah cukup saya telepon 2 kali. Begitu jam 6 saya datang ke klinik itu dengan enaknya si suster bilang dokter Hera nggak bisa datang karena kejebak macet. Saya sangat maklum kalau dokter Hera tidak bisa praktek, yang saya kecewa kenapa tidak ada pemberitahuan, padahal data saya jelas-jelas ada di klinik itu, bisa dilihat nomor Hp saya untuk mengabari bahwa dr. Hera tidak jadi datang.
Setiap pasien pasti memiliki pengalaman yang bermacam-macam dengan dokter yang sama, begitulah pengalaman saya, mungkin berbeda dengan penilaian orang lain. Silakan pilih dokter sesuai keyakinan hati nurani. Sebelum periksa kumpulkan dulu berbagai macam keluhan dan pertanyaan, cari info sebanyak-banyaknya kan udah ada internet bisa lah baca-baca referensi agar tidak terlalu awam dengan bahasa dokter. Semoga bermanfaat :)
Langganan:
Postingan (Atom)